
1. Upacara Ngaben, Bali

Ngaben adalah upacara adat Hindu di Bali yang melakukan pembakaran jenazah atau kremasi. Masyarakat Hindu percaya bahwa ritual ini dapat menyempurnakan jenazah untuk kembali ke Sang Pencipta. Upacara Ngaben dilakukan dengan meletakkan jenazah di atas “Lembu” yang sudah disiapkan. Kemudian Ida Pedanda akan membacakan doa dan menyalakan api pada jasad. Abu dari jenazah tersebut akan dilarung ke laut atau sungai yang dianggap suci.
Tujuan upacara ngaben adalah mempercepat ragha sarira agar dapat dikembalikan ke asalnya, yaitu panca maha buthadi alam ini dan bagi atma dapat cepat menuju alam pitra. Prosesi ngaben dilakukan antara tiga sampai tujuh hari setelah jenazah meninggal, namun ada juga yang dilakukan sebulan setelah jenazah meninggal. Setelah proses kremasi, abu jenazah dihanyutkan ke laut atau sungai.
2. Upacara Peusijuek, Aceh

Upacara Adat Peusijuek merupakan upacara adat di Aceh, sebagai bentuk syukur terhadap keselamatan dan kesuksesan dalam meraih sesuatu. Tradisi ini dilakukan jika ada orang dari masyarakat Aceh yang ingin mengadakan pernikahan, rumah baru, naik haji, dan kelahiran. Upacara adat Peusijuek hanya bisa dilakukan oleh orang yang menguasai hukum agama, sebab prosesi Peusijuek dipenuhi oleh doa keselamatan dan kesejahteraan. Pada umumnya dilakukan oleh tokoh agama yang disebut Teungku (Ustadz) dan Ummi (Ustadzah).
3. Upacara Tedak Siten, Jawa

Upacara adat asli Indonesia ini berasal dari kebudayaan Jawa yang telah dilakukan secara turun temurun. Tedak Sinten yang berasal dari kata Tedhak yang berarti "menapak" dan Sinten atau Siti yang berarti "tanah" memiliki arti dan tujuan sebagai simbol orang tua yang membimbing anaknya untuk meniti kehidupan.
Tradisi upacara ini dilakukan saat anak yang sudah berumur 7 bulan atau sedang akan belajar berjalan. Secara keseluruhan, upacara ini dimaksudkan agar ia menjadi mandiri di masa depan. Upacara Tedhak Siten selalu ditunggu-tunggu oleh orangtua dan kerabat keluarga Jawa karena dari upacara ini mereka dapat memperkirakan minat dan bakat adik kita yang baru bisa berjalan.
Tak hanya ritualnya saja yang penting, persyaratannya pun penting dan harus disiapkan oleh orangtua yang menyelenggarakan Tedhak Siten ini, seperti kurungan ayam, uang, buku, mainan, alat musik, dll.
4. Tabuik, Sumatra Barat

Selanjutnya, Tabuik menjadi salah satu tradisi dari Kota Pariaman, Sumatera Barat. Tradisi ini diselenggarakan untuk memperingati kematian Husein bin Ali, yakni cucu Nabi Muhammad SAW. Dilaksanakan mulai dari tanggal 1 Muharram sampai 10 Muharram puncaknya, ada tujuh rangkaian ritual yang dilakukan.
Ritual tersebut dimulai dari mengambil tanah, menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabui naik pangkek, hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut. Setiap tahunnya, tradisi ini disaksikan oleh puluhan ribu pengunjung dari berbagai penjuru Sumatera Barat. Titik yang biasanya digunakan untuk penyelenggaraan Tradisi Tabuik sendiri ada di Pantai Gandoriah.
5. Tatung, Kalimantan

Ritual pemberantasan hama dan penyakit yang dilakukan oleh suku Dayak di Kalimantan Barat disebut sebagai upacara Tatung. Dalam upacara ini, para Tatung atau dukun akan melakukan aksi-aksi spektakuler seperti menusuk tubuh dengan senjata tajam, berjalan di atas api, atau mengangkat beban berat tanpa merasa sakit. Upacara tersebut bertujuan untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan kepada roh-roh leluhur. Biasanya dilakukan dengan cara mempersiapkan tempat upacara berupa lapangan terbuka atau rumah adat.
Tatung adalah parade kesaktian warga Dayak-Tiongkok dalam perayaan Cap Go Meh. Meskipun Cap Go Meh dirayakan oleh seluruh Tionghoa di dunia, Tatung hanya bisa disaksikan di Indonesia. Tatung berasal dari bahasa Hakka yang artinya dirasuki roh atau dewa. Sebelum beraksi, para Tatung tidak boleh memakan daging.
Itu dia 5 upacara adat tradisi yang ada di Indonesia. Dalam pandangan orang awam mungkin upacara-upacara tersebut hanyalah upacara biasa yang kadang juga dianggap aneh. Namun, menurut kepercayaan orang setempat pastinya upacara-upacara tersebut memiliki makna yang mendalam. Kita hanya perlu melestarikan adat-adat yang telah ada. Semoga bermanfaat!
Komentar
0 comment