
Apa itu Resistensi Antibiotik?

Sederhananya, antibiotik adalah obat yang membunuh (atau menghentikan pembelahan diri) bakteri dan membantu tubuh dalam mengobati infeksi. Resistansi antibiotik terjadi ketika antibiotik kehilangan kemampuannya untuk menghentikan pertumbuhan bakteri dan/atau membunuh bakteri. Karena bakteri terus berkembang biak meski sudah diberi antibiotik, infeksi bisa bertambah berat walaupun telah diberi antibiotik. Ini berarti infeksi yang sebelumnya mudah diobati dengan jenis antibiotik tertentu kini menjadi lebih sulit atau bahkan tidak bisa diobati. Masalah ini juga diperberat dengan fakta bahwa penemuan satu antibiotik baru membutuhkan waktu beberapa bahkan puluhan tahun. Semakin banyak antibiotik digunakan, semakin besar resistansi yang dapat terjadi. Penggunaan antibiotik, termasuk pemberian resep yang berlebihan dan penyalahgunaan, mendorong bakteri untuk beradaptasi dan menjadi resistan.
Penyebab Munculnya Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik dapat disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak tepat, mutasi bakteri, dan paparan dari lingkungan. Nah, berikut ini beberapa penyebabnya:
Penggunaan yang tidak diperlukan

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau tidak diperlukan adalah faktor utama dalam perkembangan resistensi antibiotik. Ketika antibiotik digunakan untuk infeksi yang tidak disebabkan oleh bakteri, atau jika dosisnya tidak dihabiskan sesuai dengan resep, beberapa bakteri dapat bertahan dan mengembangkan resistensi.
Tidak Menjaga Kebersihan

Menjaga kebersihan tubuh penting dilakukan guna mencegah terjadinya berbagai penyakit. Bukan itu saja, menjaga kebersihan menjadi salah satu upaya untuk mencegah bakteri resisten berkembang. Sayangnya, tidak semua orang mampu menjaga kebersihan dirinya dengan baik. Padahal, dengan rajin mencuci tangan dapat mencegah penyebaran bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
Mutasi Bakteri Resisten Secara Alami

Penyebab resistensi antibiotik selanjutnya adalah mutasi bakteri resisten secara alami. Jika kondisi tersebut terjadi, mengonsumsi antibiotik dapat membuat bakteri resisten semakin kebal. Kebalnya bakteri resisten bukan hanya terjadi karena mengonsumsi antbiotik saja, tetapi juga dikarenakan menerima gen resistensi dari bakteri lain. Bakteri dapat mengalami mutasi genetik alami yang membuatnya resisten terhadap antibiotik. Ketika bakteri yang resisten berkembang biak dan menyebar, mereka dapat menggantikan bakteri yang tidak resisten.
Penggunaan Berlebihan

Penyebab resistensi antibiotik yang pertama adalah mengonsumsi antibiotik secara berlebihan dalam upaya pemberantasan penyakit. Penting untuk diketahui jika konsumsi antibiotik sebaiknya dilakukan saat kamu benar-benar membutuhkannya. Penggunaan berlebihan antibiotik pada manusia, hewan ternak, dan dalam pertanian juga dapat memicu resistensi. Misalnya, pemberian antibiotik kepada hewan ternak untuk meningkatkan pertumbuhan atau sebagai pencegahan infeksi dapat menyebabkan peningkatan resistensi bakteri yang dapat menginfeksi manusia.
Jenis Bakteri Kebal Antibiotik
Beberapa bakteri secara alami resistan terhadap jenis antibiotik tertentu, tetapi sebagian besar menjadi resistan melalui mutasi genetik alami atau dengan memperoleh gen resistensi dari bakteri lain. Karena bakteri dapat memperoleh banyak sifat resistensi dari waktu ke waktu, mereka dapat menjadi kebal terhadap berbagai jenis antibiotik.
Ada beberapa patogen umum yang resistan terhadap antibiotik:
Staphylococcus Aureus - Methicilin

Umumnya, bakteri ini tidak berbahaya, tetapi dapat menyebabkan infeksi saat masuk ke luka. Jenis bakteri ini resistan terhadap banyak antibiotik, termasuk methicillin. Sebagian besar infeksi Staphylococcus aureus yang resistan terhadap methicillin, atau MRSA, yang terjadi di luar rumah sakit adalah infeksi kulit. Di pusat-pusat medis, MRSA menyebabkan infeksi yang mengancam jiwa pada aliran darah dan lokasi pembedahan, serta pneumonia. MRSA adalah salah satu bakteri yang resistan terhadap antibiotik yang paling umum.
Gejala infeksi MRSA sering kali dimulai sebagai benjolan merah kecil pada kulit yang dapat berkembang menjadi abses atau bisul yang dalam dan nyeri, yaitu massa berisi nanah di bawah kulit. Benjolan ini perlu dibuka dan dikeringkan melalui pembedahan.
Enterobacteriaceae - Carbapenem

Enterobacteriaceae adalah keluarga bakteri yang mencakup patogen yang ditemukan di saluran pencernaan serta lingkungan, termasuk Escherichia coli (E. coli), Salmonella, dan Shigella. Bakteri ini dapat hidup di dalam usus tanpa menyebabkan penyakit. Namun, jika makanan atau air terkontaminasi oleh beberapa jenis Enterobacteriaceae, bakteri ini dapat menyebabkan keracunan makanan atau gastroenteritis, yang gejala utamanya adalah muntah dan diare.
Organisme ini terkadang menyebar ke luar usus dan menyebabkan infeksi serius pada saluran kemih, aliran darah, atau luka. Sebagian besar infeksi ini terjadi di rumah sakit dan tempat perawatan kesehatan lainnya serta terkait dengan kateter dan prosedur pembedahan.
Carbapenem adalah antibiotik yang digunakan untuk mengobati beberapa infeksi yang resistan terhadap antibiotik yang disebabkan oleh Enterobacteriaceae. Akan tetapi, bakteri tersebut juga dapat menjadi resistan terhadap carbapenem.
Streptococcus Pneumoniae

Bakteri Streptococcus pneumoniae menyebabkan berbagai jenis penyakit, termasuk pneumonia, infeksi paru-paru. Bakteri ini juga dapat menyebabkan infeksi telinga dan sinus, serta meningitis, infeksi selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Jenis bakteri ini menyebar melalui batuk, bersin, dan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi.
Gejalanya bergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi. Gejalanya dapat berupa demam, batuk, sesak napas, nyeri dada, leher kaku, kebingungan dan disorientasi, kepekaan terhadap cahaya, nyeri sendi dan telinga, menggigil, sulit tidur, dan mudah tersinggung. Streptococcus pneumoniae dapat menyebabkan gangguan pendengaran, kerusakan otak, dan kematian jika infeksinya parah.
Komentar
0 comment